Sabtu, 04 Januari 2014

Cerpen

Ayah, aku rinduuuuuuuu.. 

Sebut saja namaku Caca..
Usiaku saat ini 22 tahun, aku hidup bersama tanteku, sebut saja namanya Bunga. Tante Bunga sangat baik kepadaku, apa yang aku mau pasti dituruti. Tapiii, ada satu permintaanku yang tante tidak pernah mau turuti yaitu ketika aku bertanya “Tante tolong beritahu keberadaan ayah kepadaku?”, tapi tante tidak pernah mau menjawab dan selalu mengalihkan pembicaraan.
  
Yaaa jadi aku ini hanya anak satu-satunya dari ayahku dan ibuuu. Aku sudah 18 tahun tinggal bersama tante unge (panggilan tante bunga) semenjak meninggalnya ibu dan perginya ayah yang entah pergi kemana. Ibu meninggal pada saat usiaku 5 tahun dan semenjak ibu meninggal ayah juga meninggalkanku begitu saja. Entah apa alasan ayah sehingga meninggalkan aku.
Sejak kecil tak pernah terlintas dalam benakku kehilangan sesosok ayah dan ibu. Di usiaku saat itu aku tidak ingat bagaimana wajah ayah dan ibuku. Terkadang aku merasa rindu dengan ayah dan ibu, disaat aku masih sangat membutuhkan sosok seorang ayah yang bisa menggendongku disaat aku menangis, seorang ayah yang bisa melindungiku disaat aku diganggu sama anak laki-laki nakal dan seorang ibu yang bisa mendengarkan isi hatiku disaat aku butuh sandaran, disaat aku butuh pelukan hangatnya. Yah, terkadang aku tak tahu bagaimana masa depanku tanpa ayah dan ibu. Aku hanya bisa menuangkan isi hatiku di secarik kertas.
Lihatlah gadis kecilmu ini ayah, ibuuuu
Betapa aku masih terlalu dini untuk kehilangan kalian
Betapa aku masih ingin ayah dan ibu ada didunia ini
Aku takut menghadapi dunia ini tanpa kalian
Ayah, ibuuuuu
Apa ayah dan ibu dapat mendengar jeritanku ini??
Aku menangis yah, buuu....
Aku takut hidup tanpa kehadiran kalian
Aku terlarut dalam duka malam ini, duka yang akan selalu ku ingat sampai kapanpun.
 
***
Terkadang aku tak kuat rasanya aku hidup lagi. Aku iri sama mereka yang punya ayah yang selalu ada buat mereka dan ibu yang selalu disamping mereka. Tapi aku….aku tak punya apa-apa. Aku tumbuh dan besar tanpa ayah dan ibu. Aku lelah menjalani hidup ini. Aku ingin tidur dan berharap jika bangun esok pagi ini hanya mimpi. Aku ingin bertemu ayah dalam mimpi. Aku ingin mengadu sama ayah tentang semua ini.
Ayah,aku rinduuuuuuuu……
Ayah,kembalilah padakuu….
Hanya itu yang aku inginkan ayah...
Kehadiran ayah itu sudah membuatku bahagia ayah....
Peluklah aku yang kedinginan dalam tidur...
Peluklah aku yang kedinginan yang tak pernah mendapat hangatnya dekapan ayah...
***
Waktupun terus berlalu dan kini usiaku sudah menginjak bangku kuliah dan di sinilah aku mulai mencari tahu dimana keberadaan ayah sekarang. Aku mulai menanyakan lagi kepada tante Unge,
”Tante,,aku rindu ayah,apa tante tahu dimana ayah sekarang”?? tanyaku kepada tante.
Kali ini tante menjawab pertanyaanku,
”Mungkin di Bandung tempat orang tua ayahmu.” jawab tante unge dengan suara serak dan kepala terunduk dan akupun terus bertanya dan akhirnya tantepun memberikan alamat rumah nenek kepadaku, aku lega dan aku memutuskan untuk mencari ayah kesana tapi aku belum memiliki keberanian untuk itu.
”Sebaiknya aku menunggu waktu yang tepat dulu”. Kataku dalam hati.
Beberapa bulanpun berlalu setelah hari itu dan aku memutuskan untuk mencarinya, karena mungkin inilah waktu yang tepat dimana seiringnya dengan waktu, dengan membaca bismilah aku langkahkan kakiku menuju tempat yang aku cari dan berharap aku bisa menemukan dimana ayah tinggal, aku terus bertanya dan bertanya lagi dimana alamat ini sebenarnya terletak, syukur Alhamdulillah aku menemukan alamatnya.
Dari kejauhan aku melihat alamat yang aku tuju yaitu  rumah nenek, rasa bahagia dan cemas datang menghampiriku, setiba di depan rumahnya mata ini mulai berkaca-kaca dan rasa gemeteran yang sangat hebat ketika aku melihat sesosok nenek tua yang sedang duduk di ruang keluarga, beliau datang menghampiriku tanpa percakapan panjang aku langsung merangkulnya,
”Ini cucumu nek.” ucapku sambil diiringi deraian air mata yang tak kuasa aku tahan.
”Akhirnya kamu datang juga nak, sudah lama kami menunggu kehadiranmu”ucap nenek sambil meraba wajahku, tapi aku belum melihat sosok ayah. 
Dan aku langsung bertanya itu kepada nenek, “Nek, dimana ayah?” 
“Ayahmu ada di dalam” ujar nenek sambil senyum dan tak lama kemudian ayah keluar dari dalam rumah, sambil memetik sebatang rokok dan wajah yang bingung ayah bertanya kepada nenek,
”Ada apa ini bu dan siapa dia,,,?” tanya ayah kepada nenek
Dan ternyata ayah sudah lupa padaku, nenekpun menjawab ”dia anakmu, anak yang kau tinggalkan dulu”
”Tidak mungkin, anakku masih kecil, dia bukan anakku bu”jawab ayah sambil kebingungan.
Mata ini semakin tak kuasa menahan derasnya air mata yang ingin mengalir begitu deras dari perkataan yang ia ucapkan, meskipun begitu aku mencoba menerima dan mengerti, aku berusaha membuka kenangan cerita kami dahulu sewaktu aku masih kecil, aku menjelaskan rinci demi rinci kepadanya, dan dalam keheningannya dalam mendengar penjelasanku, aku melihat rona wajahnya yang mulai mengeluarkan tetesan air mata dan mulai mengalir di pipinya. Yaa,,,ayah sudah mengakuiku sebagai anaknya, anaknya yang dulu meskipun aku tahu masih tersimpan keraguan di balik bola matanya.
Dan aku tak bisa menahan rasa rinduku kepada ayah, aku langsung memeluk ayah. Hari ini benar-benar hari yang aku nantikan sejak dulu untuk bertemu ayah. Andai ibu ada, aku ingin ibu juga ada melihat pemandangan yang indah ini dan kita bisa berkumpul. Subhanallah, aku tahu ini kuasamu ya Allah. Malam itu kami cerita banyak dan di tengah perbincangan kami ayah menanyakan kabar ibu,
”Bagaimana kabar ibumu? apakah dia baik-baik saja” tanyanya dengan ekspresi penasaran, aku bahagia ketika ayah masih mempertanyakan itu dan aku menjawab semua pertanyaannya tentang ibu.
“Ibu sudah tiada yah, ibu meninggal disaat usiaku 3 tahun.” Ucapku kepada ayah
Dan seketika ayah menangis tersedu-sedu dan berkata “Maafkan ayah, ayah menyesal telah meninggalkan kalian dan ayah tidak bisa mengatakan apa alasan ayah meninggalkan kalian. Maafkan ayah naaak.”
Air mataku terjatuh kembali, aku pun berkata kepada ayah “Sudahlah ayah yang lalu biarlah berlalu. Ibu sudah tenang di alam sana, ibu juga pasti sudah memaafkan ayah. Sekarang aku hidup bersama tante Bunga yah, tante Unge yang mengurus aku sejak ibu tiada”
“Makasih ya nak, kamu memang anak ayah yang sangat baik.” Ucap ayah kepadaku.
Pada malam itu rasa bahagia kembali aku rasakan dari ucapannya ketika aku hendak berpamitan pulang ”Hati-hati di jalan ya nak”,ayah memanggilku dengan sebutan anak dan itu menjadi kata penutup yang aku terima malam itu.
Ya Allah terimakasih atas nikmatmu ini, jaga beliau ya allah, sayangi beliau dan ampuni dosa-dosa beliau. Aku sayang ayaaaaahhhhhh......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar