1. PENDAHULUAN
Seperti telah diuraikan dalam bab sebelumnya, bahwa kebijakan moneter
mempengaruhi keseimbangan ekonomi lainnya. Pengaruhnya dimulai dari perubahan
jumlah uang beredar yang kemudia mempengaruhi harga barang dan jasa. Perubahan
harga akan mempengaruhi produksi yang kemudian akan mempengaruhi pendapatan
masyarakat. Pengaruh ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional.
Oleh karena itu, kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan yang penting di
samping kebijakan fiskal dan kebijakan lainnya dalam perekonomian.
Jumlah uang beredar di luar kendali dapat menimbulkan konsekuensi atau
pengaruh yang buruk bagi perekonomian secara keseluruhan. Pengaruh yang buruk
ini dapat dilihat pada kurang terkendalinya perkembangan variabel-variabel
ekonomi utama seperti tingkat produksi dan harga. Peningkatan jumlah uang
beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat yang
diharapkan sehingga akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya,
peningkatan jumlah uang beredar yang sangat rendah akan menciptakan kelesuan
ekonomi. Kondisi ini mendorong pemerintah atau otoritas moneter mengendalikan
jumlah uang beredar lazim disebut dengan kebijakan moneter.
Ø Menurut
kaum Monetarist, kebijakan moneter
perlu diterapkan karena:
1.
Munculnya
Fluktuasi ekonomi karena adanya perubahan dalam jumlah penawaran uang
2.
Perubahan
harga dan tingkat upah lebih cepat dari yang disangkakan kaum Keynesian
3.
Kebijakan
Moneter lebih bagus daripada Kebijakan Fiskal
4.
Perekonomian
pada umumnya akan bisa menstabilkan dirinya sendiri
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
melalui bank sentral guna mengatur penawaran uang dan tingkat bunga dalam
tingkat yang wajar dan aman. Kebijakan ini umumnya terbagi dua yakni kebijakan
kuantitatif yaitu kebijakan yang bertujuan untuk mempengaruhi penawaran uang
dan tingkat bunga dalam perekonomian dan kebijakan kualitatif yaitu kebijakan
yang sifatnya non intervensi dan lebih banyak menekankan moneter fungsi untuk:
Menurut Sethi,
kebijakan moneter berfungsi untuk:
1.
Mendapatkan
dan mengambil manfaat dari struktur tingkat suku bunga yang paling sesuai
2.
Meraih
perimbangan yang tepat antara permintaan dan penawaran uang
3.
Menyediakan
fasilitas kredit yang tepat bagi perekonomian dan menghentikan perkembangan
yang tidak semestinya (misalkan penyaluran kredit konsumtif yang “jor-joran”),
serta mengarahkan penyaluran kredit kepada yang layak menerimanya misalnya UKM
4.
Pendirian,
pelaksaan dan perluasan lembaga keuangan
5.
Manajemen
keuangan
2. KEBIJAKAN
MONETER DAN SIKLUS KEGIATAN EKONOMI
Perkembangan ekonomi suatu negara mengalami pasang surut atau mengalami
siklus yang pada periode tertentu tumbuh pesat dan pada periode lain tumbuh
melambat. Untuk mengelola perekonomian agar dapat berlangsung dengan baikn dan
stabil, pemerintah atau otoritas moneter melakukan langakah yang dikenal dengan
kebijakan ekionomi makro. Kebijakan ekonomi makro ini mengelola sisi permintaan
dan sisi penawaran suatu perekonomian agar mengarah pada kondisi keseimbangan dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Kebijakan moneter diterapkan sejalan dengan siklus ekonomi, baik siklus
ekonomi yang berkembang pesat atau boom
atau saat siklus ekonomi yang melambat atau depression
atau slump. Dengan demikian, dikenal
ada dua kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter ekspansif dan kontaktif.
Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk
nmendorong kegiatan ekonomi, misalnya dilakukan dengan meningkatkan jumlah uang
yang beredar. Kebijakan moneter yang kontraktif adalah kebijakan moneter yang
ditujukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi, misalnya dengan mengurangi
jumlah uang beredar. Efektivitas kebijakan tersebut tergantung pada hubungan
antara uang beredar dan variabel ekonomi utama seperti output dan inflasi.
Perlu diteliti hubungan antara uang beredar, inflasi dan output dalam jangka
panjang. Mungkin dalam jangka panjang, kebijakan moneter hanya berdampak kepada
inflasi dan tidak ada pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi. Sebaliknya, dalam
jangka pendek kebijakan moneter yang ekspansif dapat mendorong kegiatan ekonomi
yang sedang mengalami resesi berkepnjangan. Kebijakan moneter yang kontraktif
dapat memperlambat laju inflasi yang umumnya terjadi pada saat kegiatan
perekonomian sedang mengalami boom.
3. INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter dibagi 2 instrumen, yaitu :
1. Kebijakan moneter kuantitatif
Kebijakan moneter yang bersifat
kuantitatif biasanya berupa campur tangan bank sentral secara langsung terhadap
kebijakan perbankan. Maksudnya, bank indonesia berperan sebagai regulasi dan bertindak secara aktif dalam
kegiatan pasar uang.
Adapun beberapa instrumen yang termasuk
kebijakan moneter kuantitatif, yaitu:
a)
Operasi
pasar terbuka
Yaitu kebijakan pemerintah dalam memperjualbelikan surat
berharga pada masyarakat
b)
Politik
diskonto
Yaitu kebijakan pemerintah untuk memengaruhi nilai dan
jumlah uang yang beredar dengan
instrumen yang digunakan adalah tingkat suku bunga pada bank- bank umum.
c)
Kebijakan
kas ratio ( persediaan kas)
Yaitu kebijakan pemerintah untuk memengaruhi nilai dan
jumlah uang yang beredar dengan
instrumen dana cadangan ke dunia ( cash Ratio) yang tersedia di bank umum.
d)
Kebijakan
Uang Longgar ( Easy Money)
Yaitu kebijakan yang digunakan untuk mengatasi deflasi (
menambah jumlah uang yang beredar) yang dipakai pemerintah untuk mempermudah
syarat kredit dengan tujuan meningkatkan produksi.
e)
Kebijakan
Uang Ketat ( Tight Money )
Yaitu kebijakan yang digunakan pemerintah dengan menerapkan
kredit selektif untuk membatasi jumlah uang yang beredar ( menekan
laju inflasi ).
3. Kebijakan
Moneter Kualitatif
Kebijakan moneter yang bersifat
kualitatif biasanya berupa pengawasan dan imbauan bank sentral kepada kegiatan
perbankan. Maksudnya, bank sentral ( bank Indonesia) tidak campur tangan secara
langsung.
Adapun beberapa instrumen yang termasuk
kebijakan moneter bersifat kualitatif, diantaranya:
a)
Pengawasan
pinjaman secara selektif ( kredit selektif)
Yaitu kebijakan yang digunakan untuk mengendalikan dan mengawasi corak pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank.
Yaitu kebijakan yang digunakan untuk mengendalikan dan mengawasi corak pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank.
b)
Imbauan
Moral ( Moral Suasion)
Yaitu
kebijakan yang berupa tindakan yang diambil oleh Bank Indonesia untuk
memengaruhi setiap lembaga keuangan dan individu yang bergerak dalam bidang
moneter melalui himbauan agar mereka bertindak sesuai dengan kehendak otoritas
moneter ( BI ).
4.
KEBIJAKAN MONETER SEBAGAI SALAH SATU BAGIAN DARI KEBIJAKAN
EKONOMI MAKRO
Seperti telah diuraikan dalam bab sebelumnya, kebijakan moneter
merupakan salah satu bagian dari kebijakan ekonomi makro sehingga sasaran
kebijakan moneter juga ditujukan untuk mewujudkan tercapainya sasaran ekonomi
makro. Tercapainya sasaran ekonomi makro merupakan keberhasilan suatu transmisi
atau proses suatu impak kebijakan sehingga kebijakan moneter menjadi sangat
penting. Untuk kebijakan moneter di Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
ayat 1a yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 memuat
tentang kebijakan moneter yang diperlukan untuk penetapan kebijakan moneter
makro. Dewan moneter dapat menerima Bank Indonesia sebagai bank sentral untuk
menyampaikan laporannya tentang hasil pemeriksaannnya terhadap bank karena bank
merupakan lembaga yang melaksanakan kebijakan moneter, walaupun kemudian mulai
awal tahun 2000 dewan moneter tidak ada lagi.
Disamping berhasilnya kebijakan moneter secara spesifik, keberhasilan
kebijakan fiskal juga sangat penting dalam mengoptimalkan sasaran ekonomi
makro, dan kedua kebijakan itu dapat diterapkan serempak. Kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal yang diterapkan serempak mempengaruhi keseimbangan sektor
moneter dan sektor riil yang optimalitasnya terlihat dari fase transmisi terhadap
perubahan pasar barang dan jasa serta pasar uang yang kemudian akan
memperlihatkan optimalitasnya terhadap sasaran perekonomian
Dengan diterapkannya semua kebijakan secara serempak dengan tidak ada
satu pun kebijakan yang akan mencapai sasaran yang optimal, maka sasaran yang
tercapai itu merupakan suatu petunjuk tertentu atas tercapai atau tidaknya
kebijakan ekonomi seperti tingkat ekonomi seperti tingkat bunga, besaran
moneter, dan kurs valuta asing. Dengan sasaran yang tidak optimal itu, maka
sasaran itu sering ditetapkan sebagai sasaran antara atau intermediate targets yaitu sasaran yang tercapai terlebih dahulu
sebelum mencapai sasaran akhir. Oleh karena itu intermediate targets sering merupakan suatu indikator ekonomi.
UPAYA
-
Ekspansi moneter
-
Kontraksi moneter
|
SASARAN
-
Suku bunga turun
-
Suku bunga naik
|
DAMPAK
-
Gejolak moneter agregat
-
Gejolak moneter agregat
|
Perubahan
tingkat bunga
|
Bagan
4: Kebijakan Moneter dengan Sasaran Suku Bunga
Kebijakan moneter dengan menggunakan sasaran antara atau intermediate
targets tingkat suku bunga yang ideal adalah untuk mendorong pertumbuhan
investasi, namun juga menimbulkan dampak inflasi seperti dalam Bagan 4. Jika
pada suatu saat, suku bunga uang menunjukan kenaikan hingga melampau monetary
targets, yaitaui angka yang ditetapkan, maka bank sentral akan segera melakukan
kebijakan ekspansi moneter sehingga tingkat suku bunga uang menjadi turun
kembali sampai pada tingkat suku bunga yang ditetapkan.
Berbeda halnya dengan intermediate targets jumlah
uang beredar atau monetery targets, yaitu berdampak pada terwujudnya stabilitas
harga.
5.
EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MONETER
Dalam menerapkan kebijakan moneter untuk menuju tercapainya
pembangunan ekonomi, efektifitas kebijakan ini perlu diketahui efisiensinya.
Efektifitas kebijakan moneter dapat diketahui dengan mengetahui pada sejauh
mana kebijakan moneter dapat mengubah kondisi pasar uang yang selanjutnya
diketahui sejauh mana perubahan pasar uang ini mempengaruhi permintaan agregat
yang pada akhirnya dapat diketahui perubahan pendapatan masyarakat, tingkat
inflasi dan keseiimbangan neraca pembayaran.
Perdebatan antara paham monetarist dan keynesian
sebelum tahun 1930-an tentang efektifitas kebijakan moneter dan fiskal telah
cukup lama. Dalam beberapa segi , perdebatan kedua pandangan ini sebetulnya
hanya menyangkut formulasi dan pendekatan mengenai masalah yang sama yaitu
masalah stabilitas sektor swasta.
Disatu pihak, pandangan monetarist menekankan pada
aspek jangka panjang atas suatu kebijakan moneter dan disisi lain pandangan
Keynesian menekankan pada aspek jangka pendek terhadap stabilitas swasta. Keynesian
mempertanyakan, bagaimana sektor swasta dapat mampu tumbuh dalam segala
perubahan ekonomi seperti misalnya dalam kelesuan ekonomi tanpa bantuan
kebijakan stabilitas? Jika ada kemampuan itu, akan menyebabkan ketidakstbalian
ekonomi.
Depresi yang terjadi pada tahun 1930-an merupakan
depresi ekonomi yang terbesar di negara kapitalis. Kelompok Keynesian menyatakan
bahwa depresi itu terjadi akibat dari kesalahan kapitalis dan bukan sebagai
akibat kesalahan pengendalian moneter, walaupun kelompok moneteris
menghubungkan depresi tersebut dengan turunnya pertambahan uang beredar sejak
itu, pemerintah di negara yang menganut ekonomi pasar mengikrarkan diri
terhadap kebijakan campur tangan dengan maksud untuk mencegah dan membatasi
perubahan produksi serta menata kembali tenaga kerja yang menjadi korban
ekonomi.
Sejak tahun 1930-an hinggan tahun 1950-an para
ekonom khususnya Keynesian, percaya bahwa perubahan dari jumlah uang beredar
dan suku bunga uang tidak dapat memberikan dampak terhadap pendapatan nominal
sehingga kebijakan moneter dikatakan tidak begitu penting. Akhirnya pandangan
itu sedikit demi sedikit menjadi luntur karena munculnya pandangan baru bahwa
kebijakan moneter memberi dampak yang besar terhadap perekonomian, dalam hal:
a.
Tingkat
investasi yang benar-benar responsif terhadap perubahan suku bunga uang,
b.
Elastisitas
permintaan akan uang terhadap suku bunga uang adalah rendah.
Jika bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang longgar sehingga
terjadi kelebihan uang kas di bank-bank atau terjadi excess reserve bank
semakin besar, yang akhirnya terjadi peningkatan penyaluran kredit bank dan
seterusnya terjadi peningkatan uang beredar dimasyarakat. Keynesian sangat
menetang kebijakan moneter yang longgar karena jikan terjadi excess reserve
bank yang menurun adalah bukan disebabkan oleh resesi ekonomi karena bank tidak
sulit mendapatkan nasabah yang layak dan bank-bank mau membeli surat berharga
walaupun dengan bunga yang rendah.
6. KESEIMBANGAN EKONOMI I : IS
– LM
1.
Pasar Barang Dan Kurva IS
Pasar barang adalah pasar dimana semua
barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dan dalam jangka waktu
tertentu. Permintaan dalam pasar barang merupakan agregasi dari semua
permintaan akan barang dan jasa di dalam negeri, sementara yang menjadi
penawarannya adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Dalam
ekonomi konvensional, kesimbangan umum dapat terjadi apabila pasar barang dan
pasar uang ada di dalam keseimbangan. Dalam keadaan keseimbangan umum ini
besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang terjadi akan
mencerminkan pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang seimbang baik
di pasar barang maupun di pasar uang. Namun, dalam ekonomi Islam, system bunga
dihapuskan.
Kurva IS menyatakan hubungan antara
tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa.
Kurva IS juga menyatakan “investasi” dan “tabungan”.
Dengan
asumsi perekonomian tertutup, dimana ekspor adalah nol, maka pengeluaran yang
direncanakan sebagai jumlah konsumsi C,
investasi yang direncanakan I, dan
pembelian pemerintah G.
E = C + I + G
Dimana
: C = C(Y – T)
Persamaan
ini menunjukkan bahwa konsumsi tergantung pada pendapatan disposibel (Y – T),
yang merupakan pendapatan total Y
dikurangi pajak T. Diasumsikan
investasi yang direncanakan adalah tetap I, dan kebijakan fiskal-tingkat
pembelian dan pajak pemerintah- adalah tetap G dan T. Sehingga dikombinasikan
menjadi : E = C(Y – T) + I + G
Selanjutnya
perekonomian berada dalam keseimbangan (equilibrium) ketika pengeluaran aktual
sama dengan pengeluaran yang direncanakan. Asumsi ini didasarkan pada gagasan
bahwa ketika rencana orang-orang telah direalisasikan, mereka tidak mempunyai
alasan untuk mengubah apa yang mereka lakukan. Mengingat Y sebagai GDP aktual tidak hanya pendapatan total tetapi juga
pengeluaran total atas barang dan jasa, sehingga dapat ditulis kondisi
keseimbangan sebagai :
Pengeluaran
Aktual = Pengeluaran Yang Direncanakan
Y =
E
Dapat
disimpulkan, kurva IS menunjukkan kombinasi dari tingkat bunga dan tingkat
pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk barang dan
jasa. Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan
terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke kanan. Perubahan-perubahan dalam
kebijakan fiskal yang mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa menggeser
kurva IS ke kiri.
1.2 Pasar Barang Dan
Kurva IS
Dalam Persfektif Islam
Pada
system ekonomi Islam bunga tidak diberlakukan, sehingga keseimbangan di pasar
barang pada ekonomi Islam ini sangat berbeda dengan keseimbangan pasar barang
pada system ekonomi konvensional. Hal ini karena system bunga dihapuskan dan diganti dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan (r).
Secara matematis, hubungan fungsional antara pengeluaran
konsumsi rumah tangga (C) dan pendapatan (Y) dapat dinyatakan sebagai berikut :
C = f ( Y) dengan C = C1 + C2
C1 = pendapatan muzakki ; C2 = pendapatan mustahiq
Investasi perusahaan dalam ekonomi Islam tergantung dari
tingkat keuntungan yang diharapkan dan biaya asset yang kurang produktif. Makin
tinggi keuntungan yang diharapkan, dan makin besar biaya asset yang kurang
produktif maka semakin besar investasi yagn dilaksanakan dan sebaliknya.
Dalam analisis keseimbangan sektot riil, kondisi
keseimbangan perekonomian dapat digambarkan kedalam sebuah kurva yang disebutkan kurva ISI. Kurva
ISI adalah tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan tingkat keuntungan
yang diharapkan ( R) dan pendaptan nasional (Y), yang dimana pasar barang
berada dalam kondisi keseimbangan .
Pergeseran
fungsi investasi dan fungsi tabungan
(atau fungsi konsumsi) akan
mengakibatkan pergeseran kurva ISI. Kenaikan biaya atas asset yang kurang
produktif (menganggur) akan menyebabkan meningkatnya permintaan investasi dan
sepanjang tidak ada perubahan fungsi tabungan, akan mengakibatkan pergeseran
kurva ISI ke kanan bawah.
1.3. Pasar Uang dan Kurva LM
Alasan
utama dalam memegang uang dalam ekonomi Islam adalah karena motif transaksi dan
motif berjaga-jaga adalah. Spekulasi tidak akan pernah ada. Dengan demikian
permintaan uang untuk tujuan spekulasi (sebagai fungsi tingkat bunga) menjadi
nol dalam ekonomi Islam. Oleh karena itu, permintaan uang dalam ekonomi islam berhubungan dengan
tingkat pendapatan. Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan dengan
pendapatan dan frekuensi pengeluaran.
Hubungan
antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar uang
dinyatakan dengan Kurva LM. Teori preferensi likuiditas menyatakan bahwa
tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan untuk
aset perekonomian yang paling likuid, yaitu uang. Jika M menyatakan penawaran
uang dan P menyatakan tingkat harga, maka M/P adalah penawaran dari keseimbangan
uang riil. Teori preferensi likuisditas mengasumsikan adanya penawaran uang
riil tetap. Penawaran uang M adalah variabel kebijakan eksogen yang dipilih
oleh bank sentral. Tingkat harga P juga merupakan variabel eksogen dalam model
ini (dianggap tingkat harga adalah tertentu (given) karena model IS-LM
menjelaskan jangka pendek ketika tingkat harga adalah tetap). Asumsi ini
menunjukkan bahwa penawaran uang riil adalah tetap dan biasanya tidak
tergantung pada tingkat bunga.
Teori
preferensi likuiditas menegaskan bahwa tingkat bunga adalah sebuah determinan
dari berapa banyak uang yang ingin dipegang orang. Alasannya adalah bahwa
tingkat bunga adalah biaya peluang (opportunity cost) dari memegang uang: biaya
yang harus ditanggung akrena memegang aset dalam bentuk uang, yang tidak mendapat bunga baik dalam bentuk deposito
atau obligasi. Ketika tingkat bunga naik, orang-orang hanya ingin memegang
lebih sedikit uang. Jadi rumus permintaan terhadap uang riil adalah :
(M/P)d = L
(r)
Dimana
fungsi L(r) menunjukkan bahwa jumlah uang yang diminta tergnatung pada tingkat
bunga. Tingkat bunga adalah biaya dari memegang uang, sehingga semakin tinggi
tingkat bunga semakin rendah jumlah keseimbangan uang riil yang diminta. Untuk
menjelaskan berapa tingkat bunga yang berlkau dalam perekonomian, maka
dikombinasikan penawaran dan permintaan terhadap uang riil. Menurut teori
preferensi likuiditas, tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan pasar
uang. Pada tingkat bunga keseimbangan, jumlah uang riil yang diminta sama
dengan jumlah penawarannya.
Bagaimana
tingkat bunga mencapai keseimbangan penawaran dan permintaan uang? Penyesuaian
terjadi karena kapan pun pasar uang tidak berada dalam keseimbangan,
orang-orang berusaha menyesuaikan portofolio aset mereka dan dalam prosesnya,
mengubah tingkat bunga.
Tingkat
pendapatan mempengaruhi permintaan terhadap uang. Ketika pendapatan tinggi,
pengeluaran juga tinggi, sehingga masyarakat terlibat dalam lebih banyak
transaksi yang mensyaratkan penggunaan uang. Jadi, uang yang lebih banyak
menunjukkan permintaan uang yang lebih besar. Dapat dituliskan dalam fungsi
permintaan uang sebagai berikut :
(M/P)d =
L(r,y)
Kurva
LM menggambarkan hubungan di antara
tingkat pendapatan dan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin
tinggi permintaan terhadap keseimbangan uang riil, dan semakin tinggi tingkat
bunga keseimbangan. Karena itu, kurva LM miring ke atas.
Penurunan
dalam penawaran dari keseimbangan riil menaikkan tingkat bunga yang
menyeimbangkan pasar uang. Maka penurunan dalam keseimbangan riil menggeser
kurva LM ke atas. Jadi kurva LM
menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten
dengan keseimbangan dalam pasar untuk keseimbangan uang riil. Kurva LM digambar
untuk penawaran dari keseimbangan uang riil tertentu. Penurunan dalam penawaran
dari keseimbangan uang riil menggeser kurva LM ke atas. Kenaikan dalam
penawaran dari keseimbangan uang riil menggeser kurva LM ke bawah.
1.4. Pasar Uang dan Kurva LM
dalam persfektif Islam
Spekulasi tidak ada dalam ekonomi islam, yang ada
hanyalah motive transaksi dan berjaga-jaga. sehingga permintaan uang dalam
ekonomi islam berhubungan dengan tingkat pendapatan. Besarnya persediaan uang
tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan, dan frekuensi pengeluaran.
Jumlah uang yang diperlukan dalama ekonomi islam hanya memenuhi kedua motiv tersebut. Pada
tingkat tertentu diatas yang telah ditentukan akan dikenakan zakat atas asset yang kurang produktif.
Sesuatu hal yang penting disini adalah bahwa pemerintah, memelihara
keseimbangan, tidak dengan meningkatkan penawaran uang tetapi justru dengan
menaikan biaya atas uang mengangur. Ini akan menjamin bahwa penawaran uang
tidak akan sampai ke tingkat rawan inflasi, sebagai reaksi atas peningkatan
permintaan uang yang kemungkinan akan terbelanjakan kemudian tanpa mempengaruhi
peningkatan akan barang dan jasa. Juga penting disinggung bahwa yang dimaksud
dengan biaya atas uang menganggur adalah pajak yang dapat dibebankan negara
bila mengalami tingkat inflasi.
Pada perusahaan, kebutuhan uang tunai akan berubah dalam
interval waktu dan tingkat aktivitas usaha. Pembayaran dari seorang pengusaha
kepada pengusaha yang lain akan berubah menurut tingkatan proses produksi dan
tingkatan integrasi dalam perekonomian dengan anggapan hal-hal lain tetap,
meningkatkan integrasi ini, menurunkan permintaan uang tunai.
2.1 Keseimbagan IS-LM pada
ekonomi Konvensional
Maka
keseluruhan bagian dari model IS-LM dapat disimpulkan sebagai berikut :
Y = C(Y
– T) + I (r) + G , IS
M/P =
L(r,Y) ,
LM
Keseimbangan
perekonomian adalah titik dimana kurva IS dan LM berpotongan. Titik ini
memberikan tingkat bunga r dan tingkat pendapatan Y yang memenuhi kondisi untuk
keseimbangan baik dalam pasar barang maupun pasar uang. Dengan kata lain, pada
perpotongan ini pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran yang direncanakan,
dan permintaan terhadap keseimbangan uang riil sama dengan penawarannya.
Tingkat
Bunga,r
LM
Tingkat
bunga
Keseimbangan
IS
Tingkat
Pendapatan
Pendapatan, output, Y Keseimbangan
2.2.Keseimbangan di Pasar Uang dalam Ekonomi Islam
Kurva
IS dan LAM dalam kerangka Islam dapat digambarkan sebagai berikut:
LAM
|
IS
|
Yo
|
ao
|
Profit sharing ratio (a)
|
National income
|
Pengertian kurva diatas adalah keseimbangan di pasar
barang dan pasar uang terjadi pada saat Yo dan ao. Kurva
IS sangat dipengaruhi oleh keinginan pelaku usaha dalam berivestasi dimana
pelaku usaha dan pemilik modal untuk mendapatkan tingkat optimum ekspektasi
return yang diperoleh dari investasi. Tingkat optimum ekspektasi return
dipresentasikan pada rasio ao. Sedangkan kurva LAM dipengaruhi oleh
tingkat ao yang rendah menyebabkan keinginan dari pemilik modal untuk memegang
uang dan memanfaatkan uang tersebut untuk motiv altruistic.
ASSALAMU ALAIKUM.WR.WB.. SAYA TERMASUK ORANG YANG GEMAR BERMAIN TOGEL,SETELAH SEKIAN LAMANYA SAYA BERMAIN TOGEL AKHIRNYA SAYA MENEMUKAN NOMOR SEORANG PERAMAL TOGEL YANG TERKENAL KEAHLIANNYA DI SELURUH DUNIA,NAMANYA
BalasHapusKIYAI_PATI DAN SAYA BENAR BENAR TIDAK PERCAYA DAN HAMPIR PINSANG KARNA KEMARIN ANGKA GHOIB YANG DIBERIKAN OLEH KIYAI 4D DI PUTARAN SGP YAITU 1239 TERNYATA BETUL-BETUL TEMBUS. SUDAH 2.KALI PUTARAN SAYA MENAN BERKAT BANTUAN KIYAI
PADAHAL,AWALNYA SAYA CUMA COBA COBA MENELPON DAN SAYA MEMBERITAHUKAN SEMUA KELUHAN SAYA KEPADA KIYAI_PATI DISITULAH ALHAMDULILLAH KIYAI_PATI TELAH MEMBERIKAN SAYA SOLUSI YANG SANGAT TEPAT DAN DIA MEMBERIKAN ANGKA YANG BEGITU TEPAT..,MULANYA SAYA RAGU TAPI DENGAN PENUH SEMANGAT ANGKA YANG DIBERIKAN KIYAI ITU SAYA PASANG DAN SYUKUR ALHAMDULILLAH BERHASIL SAYA JACKPOT DAPAT 500.JUTA,DAN BETAPA BAHAGIANYA SAYA BERSUJUD-SUJUD SAMBIL BERKATA ALLAHU AKBAR…..ALLAHU AKBAR….ALLAHU AKBAR….SEKALI LAGI MAKASIH BANYAK YAA KIYAI,SAYA TIDAK AKAN LUPA BANTUAN DAN BUDI BAIK KIYAI, BAGI ANDA SAUDARAH-SAUDARAH YANG INGIN MERUBAH NASIB SEPERTI SAYA TERUTAMA YANG PUNYA HUTANG SUDAH LAMA BELUM TERLUNASI SILAHKAN HUBUNGI KIYAI_PATI DI NOMOR HP: 0852_1741_5657